Sabtu, 14 Juli 2012

Latar Belakang

LATAR BELAKANG KATULISTIWA 4 2012


Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC)  pada tahun 2015 semakin dekat. AEC yang merupakan  salah satu dari 3 pilar konsep ASEAN Integration telah disetujui bersama oleh Kepala Negara dari 10 negara anggota ASEAN dalam pertemuan di Bali tahun 2003 yang dikukuhkan lewat Declaration of ASEAN Concord II atau yang dikenal dengan BALI Concord II. Konsep utama dari AEC  adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan. Untuk ituah terwujudnya AEC memiliki peluang utama dimana posisi tawar ASEAN di perekonomian global menjadi lebih kuat. Kemudian kesempaatan lainnya yang melihat dari tujuan AEC yang dideklarasikan melalui Bali Concord II yaitu terciptanya wilayah ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dimana terjadi aliran bebas atas barang, jasa, investasi dan modal, pembangunan ekonomi yang merata dan mengurangi kesenjangan sosial ekonomi di tahun 2015.

Namun kehadiran AEC yang seyogyanya adalah liberalisasi ekonomi, kawasan ini pasti merupakan tantangan kepada setiap negara-negara di ASEAN. Negara harus siap untuk melakukan persaingan dengan negara lain melalui kompetisi unggul yang dimiliki oleh masing-masing negara. Seluruh sumber daya baik alam ataupun manusia harus dioptimalkan dan dipersiapkan agar memilki daya tawar yang sangat kuat. Semua sektor perekonomian harus mulai dibangun dan dioptimalkan terutama sektor rill. Hal ini mengingat betapa strategis dan pentingnya sektor rill bagi pembangunan ekonomi suatu negara.

Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN pasti mendapat peluang dan tantangan dari keberadaan AEC kelak. Tak dapat dipungkiri, pertumbuhan perekonomian di Indonesia sekarang masih ditopang oleh sektor perbankan dan terjadi keminiman partisipasi dari sektor rill. Selain itu, permasalahan-permasalahan yang terjadi menjadikan suatu tantangan dalam mengembangkan dan memajukan Indonesia dalam periode AEC kelak.

Dalam menjawab tantangan tersebut maka Indonesia harus menoleh kembali pada kearifan lokalnya. Saat ini banyak negara yang telah menjadi maju karena tetap berpegang teguh pada kearifan lokalnya seperti negara Jepang dan China. Kearifan lokal dapat dimaknai sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,  bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal itu tentu tidak muncul serta-merta, tapi berproses panjang sehingga akhirnya terbukti, hal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan mereka. Keterujiannya dalam sisi ini membuat kearifan lokal menjadi budaya yang mentradisi, melekat kuat pada kehidupan masyarakat. Artinya, sampai batas tertentu ada nilai-nilai perenial yang berakar kuat pada setiap aspek lokalitas budaya ini. Semua, terlepas dari perbedaan intensitasnya, mengeram visi terciptanya kehidupan bermartabat, sejahtera dan damai. Dalam bingkai kearifan lokal ini, masyarakat bereksistensi, dan berkoeksistensi satu dengan yang lain.

Namun dari waktu ke waktu nilai-nilai luhur itu mulai meredup, memudar, kehilangan makna substantifnya. Lalu yang tertinggal hanya kulit permukaan semata, menjadi simbol yang tanpa arti. Bahkan akhir-akhir ini budaya masyarakat hampir secara keseluruhan mengalami reduksi, menampakkan diri sekadar pajangan yang sarat formalitas. Kehadirannya tak lebih untuk komersialisasi dan mengeruk keuntungan.

Berdasarkan dari latar belakang itulah, Lingkar Studi Mahasiswa Ekonomi (LSME) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya sebagai Lembaga Otonom di bidang penelitian dan penalaran mengajak seluruh mahasiswa S1 atau Diploma sebagai pilar bangsa untuk memecahkan permasalahan ini melalui suatu gagasan/ide kreatif yang tertuang dalam penulisan karya ilmiah. Karena LSME percaya bahwa tiada peran jiwa tanpa tindakan nyata dari mahasiswa tanpa adanya karya nyata dalam suatu inovasi untuk membangun negeri. Berfikir kritis untuk pembenahan, itulah tugas mahasiswa sesungguhnya. Menerapkan segala aspek disiplin ilmu untuk bersinergi mengaplikasikan solusi yang solutif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar